Dokumentasi Sejarah (3): Selamat untuk Anas Urbaningrum


Presiden RI Komentari Kongres HMI (dwiki dok)

Presiden RI Komentari Kongres HMI (dwiki dok)

MENYAMBUNG bagian kedua tulisan lalu bertitel Dokumen Sejarah Anas Urbaningrum (2): HMI dan Golongan Menengah Ekonomi, berikut saya sampaikan kelanjutannya berjudul “Selamat untuk Anas Urbaningrum”. Sebuah tajuk rencana di Harian Yogya Post pada Sabtu Pahing 30 Agustus 1997, dalam rangka Kongres HMI ke-21 di Yogyakarta.

Presiden HM Soeharto saat menerima delegasi Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (Permias) di kediaman Cendana kala itu juga ikut mengomentari perihal “bentrok fisik” di kongres HMI. Sebagaimana reportase koran Kedaulatan Rakyat tertanggal 29 Agustus 1997 yang saya lampirkan di postingan ini dalam bentuk gambar sebagai pemanis.

Tulisan ini juga dimaksudkan sebagai “kado ulang tahun” Anas Urbaningrum yang hari ini Rabu 15 Juli 2009 genap berusia ke-40. Selamat Ulang Tahun. Semoga berkah umur dan sukses selalu.

Untuk Format File PDF silakan Klik Disini. Selengkapnya tajuk Harian Yogya Post tersebut:

Anas Urbaningrum (dwiki dok)

Anas Urbaningrum (dwiki dok)

“Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tidak bisa lagi menunda-nunda untuk memperhatikan masalah kewirausahaan. Setengah abad HMI sudah melahirkan para intelektual, birokrat dan politisi. Kini saatnya bagi HMI untuk memperhatikan sektor lain yang tidak kalah strategisnya, yakni sektor usaha atau bisnis. Hal ini bukan berarti HMI meninggalkan trade mark lama, tetapi justru bagaimana semakin menajamkan kehadiran HMI dengan produk kader yang semakin beragam peran dan fungsinya bagi masyarakat, bangsa dan negara.”

Hal itu antara lain ditulis Anas Urbaningrum di harian ini, Selasa 26 Agustus 1997 lalu. Dari cuplikan tulisan yang berjudul “HMI dan Golongan Menengah Ekonomi” itu Anas menyarankan agar HMI memperluas cakrawala pandang dan kegiatan, tanpa meninggalkan khittahnya sebagai generasi muda Islam intelektual beriman sesuai peran manusia sebagai “khalifatullah fil ardhi”. Sekalipun kita juga melihat sudah banyak alumni HMI yang terjun ke dunia wirausaha. Namun apa yang disarankan Anas tersebut masih relevan di tengah masyarakat dunia yang semakin berorientasi ekonomi dewasa ini. Apalagi tidak lama lagi Indonesia akan memasuki pasar bebas.

Di kalangan HMI, Anas dikenal sebagai tokoh muda Islam yang memiliki kapasitas intelektual dan integritas pribadi yang tidak diragukan. Oleh karena itu terpilihnya Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum PB HMI dalam Kongresnya yang ke-21 menggembirakan banyak kalangan. Ada yang berkomentar, dengan terpilihnya Anas, HMI kembali kepada khittahnya yakni “intelektual yang imani”. Anas terpilih sebagai Ketua Umum PB HMI Periode 1997-1999, setelah mengalahkan saingan terkuatnya Umar Husein. Ada yang mengatakan kemenangan Anas ini tidak terduga, karena sejak jauh hari sebelumnya sampai mendekati akhir kongres posisi Umar terus menguat. Setelah melalui perdebatan melelahkan dan perjalanan berliku bahkan keras –sampai terjadi adu fisik dan “penculikan”– dalam perhitungan suara Anas Urbaningrum menang cukup telak dengan 128 suara. Sementara tiga saingan utamanya masing-masing Viva Yoga Mauladi (80 suara), Umar Husein (65) dan Muzakir Ridha (43).

Kongres HMI kali ini barangkali merupakan kongres yang paling panas sepanjang sejarah organisasi mahasiswa Islam ini. Panasnya situasi tersebut karena tidak saja diwarnai interupsi, penolakan terhadap kehadiran Sekjen Depdagri Soerjana Soebrata, unjuk rasa tetapi juga bentrok fisik antara sesama peserta. Sehingga Ketua PP Muhammadiyah HM Amien Rais yang juga mantan aktivis HMI sempat berkomentar bahwa Kongres HMI kali ini merupakan kongres paling buruk sepanjang sejarah. Amien Rais menyatakan kesedihannya terhadap kondisi HMI saat ini. Seharusnya, menurut Amien Rais, mereka mengandalkan otak bukan otot dan adu fisik seperti yang terjadi dalam kongres di Yogyakarta ini.

Menanggapi komentar Amien Rais tersebut, Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta Achwan Yulianto mengatakan, parameter apa yang digunakan masyarakat yang menyatakan Kongres 21 ini terburuk. Soal bentrokan fisik yang terjadi di arena kongres menurut Achwan itu hal yang biasa terjadi pada setiap Kongres HMI. Dalam batas tertentu, kata Achwan, hal itu bisa dimengerti sebagai dinamika dalam HMI.

Tanpa bermaksud memihak, bentrok fisik dalam kongres suatu organisasi memang pantas kita sayangkan. Sebab sejauh mana kita dapat mentolerir suatu bentrok fisik yang apabila keterusan akan menjurus kepada kebrutalan yang dapat memakan korban. Tetapi baiklah apa yang terjadi dalam Kongres HMI ke-21 itu kita lupakan. Sebab, bagaimanapun HMI sudah berhasil memilih Ketua Umum Pengurus Besar-nya. Harapan kita, semoga terpilihnya Anas Urbaningrum telah memenuhi aspirasi mayoritas anggota HMI dan simpatisannya yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.

Sebuah kongres adalah juga sebuah “pertandingan” yang tidak jarang ada pihak-pihak eksternal yang mencoba mempengaruhi jalannya pertandingan tersebut. Namun, dimanapun yang namanya pertandingan, akan selalu menelurkan sosok yang terbaik sebagai juara. Bukan berarti kita menganggap para kandidat Ketua Umum PB HMI dalam Kongres ke-21 di Yogyakarta bukan sosok yang baik dan pantas. Kita percaya mereka juga baik dan layak. Namun barangkali Anas Urbaningrum oleh mayoritas peserta dianggap yang terbaik di antara yang baik-baik itu sehingga mereka memilihnya. Buktinya para kandidat lainnya juga mendapatkan suara yang lumayan. Tiga calon lainnya tidak ada yang mendapat suara di bawah 40.

HMI yang dalam sejarahnya telah banyak berkiprah di tengah-tengah bangsa ini sehingga pernah sangat populer dan banyak menelurkan banyak pemimpin sudah kenyang pujian dan kritik. Orang tentu ingat bahwa orang seperti Ahmad Tirto Sudiro, dr Sulastomo, Dahlan Ranuwihardjo, Akbar Tandjung, Beddu Amang, Mar’ie Muhammad, Nurcholish Madjid, Abdul Gafur, M Dawan Rahardjo, Adi Sasono, Amien Rais, dan banyak lagi adalah mantan aktivis HMI. Maka wajar apabila sepak terjang HMI selalu menarik perhatian khalayak luas. Dan pada sekitar era enam puluhan dulu HMI merupakan musuh nomor satu mahasiswa kiri yang terus mencoba untuk menghancurkannya. Dan dalam Kongresnya ke-21 di Yogyakarta yang molor sampai dua hari itu juga tidak lepas dari kritikan bahkan kritikan sangat pedas. Namun toh kita berharap HMI jalan terus dengan tegak dalam khittahnya yang independen baik secara etis dan organisatoris serta sebagai basis intelektual muda yang Islami.

Bisa jadi ada yang kecewa atas terpilihnya Anas Urbaningrum. Namun sekali lagi, tidak ada yang bisa membantah bahwa mayoritas peserta kongres telah memilihnya. Kita percaya para kandidat lainnya akan secara sportif mengakui keunggulan Anas. Dengan demikian, tidak akan ada yang tidak mendukung kepemimpinan Anas sebagai Ketua Umum PB HMI. Sebab bagaimanapun Anas telah mendapat mandat kongres untuk memimpin HMI.

Selamat untuk Anas Urbaningrum!

*****

Tentang Dwiki

Simpel dalam menatap hidup dan menapaki kehidupan!
Pos ini dipublikasikan di Jejak Langkah dan tag , , , , , , , , . Tandai permalink.

3 Balasan ke Dokumentasi Sejarah (3): Selamat untuk Anas Urbaningrum

  1. Ping balik: Dokumen Sejarah Anas Urbaningrum (2): HMI dan Golongan Menengah Ekonomi « Dwiki Setiyawan's Blog

  2. saiful anam berkata:

    saya adalah orang yang kagum dengan sosok anas urbaningrum… dam Mas Dwiki menulisnya dalam tahapan demi tahapan tentang Anas Urbaningrum mulai dari masa di HMI hingga sekarang… semoga Bang Anas terus maju… Amin….

Tinggalkan komentar