Kunci Utamanya Disiplin (Panduan Menulis 3)


APABILA pikiran kita senantiasa hidup tidak mungkinlah jiwanya mati. Jiwa seorang penulis senantiasa memancarkan cahaya berbinar-binar dan berpendar-pendar. Tak lekang oleh panas, pula tak lapuk oleh hujan.

ooOOOoo

Telah saya kemukakan pada dua seri tulisan sebelumnya bahwa seorang (calon) penulis mula-mula Memancangkan Tonggak Niat“, selanjutnya Menetapkan Pelabuhan Tujuan. Dengannya saya mengamsumsikan anda telah siap untuk unjuk aksi (action) dalam menulis.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas menulis, berkenaan dengan keberlanjutan tulisan-tulisan yang dihasilkan. Lantaran telah saya kemukakan bahwa aktivitas menulis merupakan kegiatan yang terus menerus. Tiada henti dan musti diasah terus dalam tungku perapian, hingga lahir pedang tajam (tulisan bermutu). Oleh karenanya, kunci utama seseorang untuk mempertajam pedang kepenulisan tersebut, yakni menyangkut soal disiplin dari si penulisnya.

Di blantika maya Indonesia, sudah ratusan ribu blog dibuat.  Bermunculan blog baru setiap hari, dan perkembangannya bagaikan cendawan di musim hujan. Fenomena ini layak kita syukuri, mengingat pula mudahnya orang membuat blog. Kecenderungan peningkatan kuantitas blog-blog personal atau institusi ini tidak mungkin bisa dibendung oleh siapapun.

Namun demikian,  kecenderungan peningkatan kuantitas blog di tanah air ini belum diimbangi oleh kualitas tulisan-tulisan yang dihasilkan para blogger. Isi-isi postingan yang bermutu dan berbobot serta mencerahkan pengunjung memang juga mengalami peningkatan di banyak blog, tetapi dibanding peningkatan kuantitas keberadaan blog-blog baru yang muncul, jurang perbedaan antara jumlah dan mutu masih menganga lebar.

Problematikanya, saya rasa blogger agak malas belajar dan mendisiplinkan diri. Malas melakukan inovasi baru dan kurang bisa mengorganisasi diri dalam disiplin ketat. Dalam banyak pikiran blogger, “Buat apa capek-capek memposting tulisan hasil pikiran sendiri, kalau dengan copy paste (copas) saja blognya dikunjungi orang.” Suatu pemikiran gegabah yang musti dikaji ulang.

Alih-alih dengan copas dari sumber lain yang tengah trend, bernada kontroversial, dan “mengumbar” syahwat, maka  blognya akan dapat banyak  kunjungan dan komentar. Kenyataannya memang demikian yang terjadi. Namun saya tegaskan di sini, fenomena copas sumber lain (dengan modifikasi tertentu) itu trend sesaat dan menipu diri sendiri.

Meng-copas sumber lain untuk kasus-kasus tertentu dalam suatu postingan dengan menyebutkan sumber asli, saya rasa masih bisa ditoleransi. Asalkan tidak terus menerus melakukannya. Jauh lebih penting menelurkan hasil pikiran sendiri. Sekalipun itu hanya beberapa paragraf kalimat, dan jelek pula hasilnya. Persoalannya bukan dalam hal singkat dan jeleknya postingan tersebut. Justru di situlah kelebihan sebuah blog, darinya akan ada kritik dari sidang pembaca. Dan berangkat dari kritik tersebut, lambat laun semakin baiklah tulisan yang dihasilkan.

Jika anda hanya gemar copas, hakikatnya anda seorang pengekor (follower). Padahal keberadaan blog sebagai penyampai pesan dapat pula dijadikan sebagai pemandu kecenderungan (trendsetter). Yang saya maksud dengan trendsetter, bisa jadi blog tersebut malah dijadikan rujukan blog lain, dan  mungkin media massa arus utama (mainstream). Namun semuanya kembali pada di masing-masing isi kepala para blogger. Yang  berbeda-beda dalam cara pandang dan melihat akan keberaadaan blognya. Singkat kata tergantung kepentingannya.

***

E.F. Schumacher dalam bukunyaSmall is Beautiful (Kecil itu Indah), mengungkapkan bahwa indikator utama agar sebuah bangsa maju, bukan terletak pada sumber daya material. Namun bertumpu pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu inti kualitas SDM yang disebut Schumacher ialah disiplin. Pula halnya dalam hal aktivitas menulis (blog), disiplin musti dijadikan bahan bakar utama untuk menghidupkan tungku perapian aktivitas menulis. Lantaran dari situ, akan lahir pedang tajam (tulisan) yang kian berkualitas.

Disiplin dalam memperbaharui konten blog (update), mengandung arti bahwa anda punya jadwal rutin untuk menulis. Masing-masing blogger bisa menentukan sendiri jadwal rutin tersebut tergantung kesibukan yang dihadapi. Lantaran menulis juga berkaitan dengan aktivitas membaca dan mengobservasi peristiwa yang dialami, maka aktivitas membaca dan mengobservasi itu juga musti didisiplinkan. Sebab tanpa keduanya, hasil tulisan anda akan hambar dan kurang pengayaan.

Dapat diartikan pula bahwa disiplin menyangkut sesegera mungkin beraksi dalam menulis. Tidak menunda-nunda, apalagi hingga waktu yang lama. Dengan demikian, anda punya “deadline” untuk tulisan anda sendiri. Apabila kita menunda tulisan, maka kadangkala akan sulit mengumpulkan lagi pikiran dan semangat untuk melanjutkan tulisan dimaksud. Lebih-lebih jika itu berdasarkan suatu observasi atas suatu peristiwa yang dialami. Banyak detail yang terlewat dan lupa.

Demikianlah sekedar suatu motivasi untuk (calon) penulis atau blogger. Rupa-rupanya, untuk menjadi penulis atau blogger kita musti tabah ketimbang melakukan aktivitas lainnya. Seorang dokter apabila sudah mengantongi ijazah kedokteran, maka ia bisa langsung bekerja atau membuka praktek sendiri. Tidaklah demikian dengan seorang penulis atau blogger. Tidak ada perguruan tinggi atau workshop blog yang dapat memberikan ijazah penulis atau blogger kepadanya. Menjadi blogger murni didapat dari praktek sendiri di lapangan. Termasuk pula perihal memperbaharui tulisan di blognya, musti didasari suatu displin ketat. Demikianlah adanya.

*****

Untuk tulisan motivasi perihal menulis lainnya, saya telah memposting di blog ini beberapa waktu lalu. Tajuk tulisan itu, “Menulis Ibarat Koki Memasak“. Apabila anda ada waktu, silakan telusuri posting yang cukup inspiratif dimaksud.

Bersambung Bagian 4: Proses Kreatif Menulis

ooOOOoo

Artikel ini diikutsertakan dalam kontes menulis yang diadakan oleh Indonesia Menulis yang diSponsori oleh:
01. Sawa Sanganam
02. Mbak Diah
03. Bujang Rimbo
04. Ahmad Sofwan
05. WP Template Gratis
06. Khairuddin Syah
07. Reseller Indobilling
08. Ardy Pratama
09. Hangga Nuarta
10. Abdul Cholik
11. Herman Yudiono
12. Aldy M Aripin

Tentang Dwiki

Simpel dalam menatap hidup dan menapaki kehidupan!
Pos ini dipublikasikan di Panduan Menulis dan tag , , , . Tandai permalink.

2 Balasan ke Kunci Utamanya Disiplin (Panduan Menulis 3)

  1. Ping balik: Dapat Hadiah Lomba Lima Puluh Ribu Rupiah Saja « Dwiki Setiyawan's Blog

  2. cis4all berkata:

    tulisannya sangat bermanfaat, membuat pembaca ingin terus belajar dan terus belajar…

Tinggalkan komentar