Jalan Raya sebagai “The Killing Fields” Kalangan Muda


TIDAK bisa dipungkiri, jalan raya yang kita lalui sehari-hari,  tak ubahnya bagaikan  “ladang pembunuhan” (the killing fields) bagi kalangan muda usia.  Sayangnya, hanya sedikit orang menyadari kenyataan tersebut. Bagian lain yang jauh lebih besar, menganggap itu semacam fakta “isapan jempol” belaka.

Sekarang, coba simak ini (selengkapnya Klik Sini). “Sejak Januari hingga September 2009, sekitar 54,50 persen dari total korban kecelakaan (di Jawa Timur) didominasi usia produktif. Di posisi kedua ditempati para korban usia antara 10 tahun hingga 19 tahun mencapai 18,89 persen,” kata Kepala PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Jatim Sutadji, dalam Dialog Publik “Perlindungan Dasar bagi Pengguna Moda Transportasi dan Pengguna Jalan Lainnya”, di Universitas Airlangga Surabaya (12 Oktober 2009).  Data yang dikemukakan itu hanya satu kasus di Jawa Timur, namun niscaya di lain daerah di Indonesia,  tidak jauh berbeda.

Who Report: Youth and Road Safety (http://www.who.int)

WHO Report: Youth and Road Safety (http://www.who.int)

Untuk memperkuat argumen di atas, laporan WHO yang bermarkas di Jenewa Swiss pada 2007 lalu juga menyebutkan, kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian di kalangan anak muda antara usia 10 – 24 tahun. Laporan bertajuk “Youth and Road Safety” (Klik Sini) juga mengungkapkan bahwa hampir 400.000 anak muda di bawah usia 25 tahun yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya. Jutaan lainnya terluka atau cacat.

Road traffic crashes are the leading cause of death among young people between 10 and 24 years, according to a new report published by WHO. The report, Youth and Road Safety, says that nearly 400. 000 young people under the age of 25 are killed in road traffic crashes every year. Millions more are injured or disabled.

Disamping laporan yang telah dirilis, data statistik Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) atau WHO menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas pada 1998 menduduki peringkat ke-9 sebagai penyebab kematian dibawah  atau setara dengan penyakit malaria. Dan diperkirakan pada 2020, kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian ke-3 tertinggi di dunia di bawah penyakit jantung koroner dan depresi berat.

Tragisnya, ribuan jiwa yang terenggut dari kalangan muda akibat kecelakaan lalu lintas di atas terjadi di negara-negara berkembang dan miskin dunia. Menurut Presiden Asia Injury Prevention (AIP) Foundation, Greig Craft, dalam buku saku Driving Skills for Life (DSFL) yang diterbitkan oleh PT Ford Motor Indonesia, jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun dibandingkan dengan kematian karena sebab lain. Greig mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang memprediksi pada rentang tahun 2000 hingga 2015 sedikitnya 20 juta jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, lebih dari 1 miliar orang luka-luka, cacat atau kehilangan tanggungan hidupnya karena menjadi korban kecelakaan yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang.

Geographical Variation In Road Traffic Rates Under 25 Years (http://www.who.int)

Geographical Variation In Road Traffic Rates Under 25 Years (http://www.who.int)

“Di negara yang sedang berkembang pesat, khususnya di kawasan Asia dan Afrika, jumlah pemakai jalan meningkat sedemikian pesat, namun pada umumnya tanpa dibekali pelatihan mengemudi dengan baik, bahkan pemahaman dasar mengemudi serta sebab dan akibat dari kecelakaan lalu lintas pun tidak dimiliki. Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, sebagian besar bangsa di Asia telah mentranformasi dirinya dan pemakai sepeda beralih ke sepeda motor kini ke mobil. Untuk itu maka pendidikan dan kesadaran publik menjadi sangat penting untuk memperbaiki tingkat keselamatan pengemudi,” tandas Greig.

Laporan “Youth and Road Safety” WHO yang telah saya kutip di atas disertai pula rekomendasi berupa saran-saran dan  langkah-langkah yang harus diambil untuk mengurangi jumlah korban jiwa atau luka dijalan raya. Saran-saran tersebut meliputi perubahan dalam tata kota, peningkatan aspek keamanan dalam kendaraan, pemberian hukuman yang berat bagi pelanggar kecepatan dan orang yang mengemudi dibawah pengaruh alkohol, serta lebih banyak pendidikan untuk pengemudi.

***

Menyadari pentingnya pendidikan untuk pengemudi sebagaimana rekomendasi WHO diatas, PT Ford Motor Indonesia melalui Program Driving Skills for Life (DSFL) mendukung langkah-langkah untuk meningkatkan kebiasaan mengemudi sehingga dapat menekan kecenderungan tingginya kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Menurut Presiden Direktur PT Ford Motor Indonesia, Will Angope, Program DSFL memiliki misi utama yang sederhana: mengajarkan dasar-dasar keselamatan mengemudi yang sangat mudah dan dipraktekkan, yang juga memberikan teknik mengemudi yang dapat menghemat bahan bakar dan sangat relevan dengan kondisi naiknya harga bahan bakar minyak dewasa ini.

Di situs resminya (Klik Sini), dikatakan bahwa Program DSFL telah mencatat keberhasilan yang signifikan ketika pertama kali diterapkan di Amerika Serikat dan Eropa. Program ini membantu kepada para pengemudi agar lebih aman dalam berkendara dan hemat bahan bakar. Di Indonesia, DSFL telah mengadopsi program dan disesuaikan dengan lingkungan di sini dan kondisi jalan pada umumnya.

Selanjutnya dikatakan,  tujuan hadirnya Program DSFL di Indonesia adalah ingin melengkapi pengemudi di Indonesia dengan cara pikir positif tentang betapa berharganya keselamatan di jalan, mengembangkan kemampuan mengemudi yang ekonomis (eco driving) dan keahlian yang akan memberikan kontribusi terhadap budaya disiplin mengemudi.

Di bagian lainnya, DSFL Indonesia pada acara sesi Break Out Pesta Blogger 2009 (24/10)  menyampaikan bahasan 10 Tahapan atau Tip berkendara agar menjadi pengemudi yang aman dan selamat, pengemudi yang bijak, meningkatkan jarak tempuh kendaraan anda, menghemat pengeluaran dan mengurangi polusi. Tip  tersebut mencakup tiga pilar dari DSFL, yakni: smart driving (kecerdasan mengemudi), protecting live (memproteksi hidup) dan saving fuel (penghematan bahan bakar). Mari kita simak selengkapnya:

Tip 1: Selalu gunakan sabuk pengaman (seat belt atau safety belt) setiap waktu. Sabuk pengaman dapat melindungi penggunanya dari cidera yang lebih parah dalam suatu kecelakaan. Ia dapat berfungsi menahan tubuh sehingga tidak membentur dashboard, terlontar keluar kaca depan, atau terlempar dari pintu atau kaca samping saat-saat terjadi benturan pada kecelakaab.

Tip 2: Untuk jarak pandang atur kaca spion. Kebanyakan pengemudi tidak menyesuaikan kaca spionnya dan tidak memanfaatkan seoptimal mungkin dengan terlalu melihat sisi kendaraannya sendiri. Semua jenis kendaraan dengan berbagai bentuk dan ukuran mempunyai blind spots. Semakin besar kendaraan, semakin besar blind spots areanya. Blind spots adalah area yang tidak terlihat oleh pengemudi baik secara langsung (terhalang) atau melalui kaca spion (keterbatasan bidang pandang kaca spion). Blind spots terjadi karena manusia hanya mampu melihat 90° tiap sisi dan keterbatasan sudut pandang kaca spion kendaraan tidak bisa diperbesar lagi.

Tip 3: Pengemudi yang defensif. Pengemudi yang defensif artinya yang mampu mengemudikan kendaraannya dengan tenang. Dan mampu mengantisipasi situasi kondisi lalu lintas di depannya. Kunci untuk menjadi pengemudi defensif meliputi 4 hal, yaitu: Awareness (kesadaran), Alerness (kewaspadaan), Attitude (sikap mental) dan Anticipation (reaksi).

Tip 4: Gangguan dalam berkendara. Mengemudi adalah pekerjaan yang berbahaya, untuk itu dibutuhkan konsentrasi penuh pada saat memegang kemudi. Harus diingat: membiarkan konsentrasi terganggu saat mengemudikan kendaraan dapat menyebabkan celaka. Termasuk gangguan dalam mengemudi ini antara lain: penggunaan radio dan tv mobil, merokok, makan atau minum dan penggunaan handphone serta gangguuan eksternal umpamanya pengemudi laki-laki melihat perempuan cantik dengan busana aduhai di pinggir jalan.

Tip 5: Menjaga jarak aman saat mengemudi. Bagi pengemudi defensif, ia senantiasa menyediakan ruang dengan depan, belakang dan samping kendaraannya. Jarak aman yang  ideal antar kendaraan kira-kira 3 detik.

Tip 6: Pengoperasian gigi transmisi yang ideal. Pengemudi harus melakukan perpindahan/penambahan gigi saat mencapai 2000-2500 rpm. Dan selalu menjaga kecepatan saat mengemudi dengan putaran mesin 2000 rpm atau dibawahnya. Namun demikian, saat ini dengan kemajuan teknologi, kendaraan sudah bisa dijalankan dengan putaran mesin yang rendah. Putaran mesin yang rendah tentu akan menghemat konsumsi bahan bakar dan emisinya, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan. Juga mengemudi dengan putaran mesin rendah akan meningkatkan faktor keselamatan.

Tip 7: Pergunakan momentum kendaraan. Tatkala kendaraan akan mendekati perempatan, pertigaan, lampu lalu lintas atau ingin memperlambat, angkat lebih awal dan biarkan mobil meluncur sebelum menginjak pedal rem.

Tip 8: Matikan mesin kendaraan. Jika kendaraan berhenti dan diam lebih dari 20 detik, maka akan lebih ekonomis apabila mesin dimatikan. Biasanya hal demikian terjadi pada saat lampu lalu lintas sedang merah, berhenti pada perlintasan kereta api, jalan macet pada saat menaikkan dan menurunkan penumpang atau barang. Mematikan mesin tidak akan merusak atau mengurangi umur dari motor starter.

Tip 9: Pre Start Checks. Yakni pemerikasaan awal kendaraan sebelum melakukan engine start dengan tujuan untuk mencari adanya kerusakan atau potensi permasalahan pada kendaraan.

Tip 10: Beban berat mempengaruhi Konsumsi BBM. Keluarkan barang-barang yang tidak diperlukan dari dalam mobil. Lepaskan “roof rocks” apabila sedang tidak dipergunakan. Gunakan kecepatan rendah, apabila sedang membawa barang dengan “roof rocks”. Setiap penambahan beban muatan sebesar 20 Kg, akan meningkatkan konsumsi BBM sebesar 1  %. Oleh karena itu, jangan membawa barang dengan berat yang melampaui kapasitas.

Tutorial lengkap 10 Tahapan atau Tip DSFL Indonesia dalam bentuk flash yang menarik bisa selengkapnya dilihat dengan mengklik tautan ini (Klik Sini).

*****

Dengan mengetahui dan menerapkan 10 Tahapan atau Tip diatas,  diharapkan pengemudi di Indonesia memilikin cara pikir positif tentang betapa berharganya keselamatan di jalan, mengembangkan kemampuan mengemudi yang ekonomis (eco driving) dan keahlian yang akan memberikan kontribusi terhadap budaya disiplin mengemudi.

Apabila tahapan dan tip tersebut menjadi panduan kalangan muda Indonesia tatkala berkendara, bukan hal yang mustahil angka kecelakaan lalu lintas hari ini dan esok dapat diminimalisir.

Segalanya tentu berpulang kembali pada pribadi masing-masing. Namun yang sudah jelas, keamanan, kenyamanan dan keselamatan di jalan raya dimulai dari diri kita sendiri. Apabila semua orang memiliki kesadaran tinggi semacam itu, maka “Nyaman dan Aman di Jalan Raya Milik Kita Semua” bukanlah sekedar slogan ibarat tong kosong nyaring bunyinya.

*****

Dwiki Setiyawan, peserta DSFL Break Out Session di Pesta Blogger 2009.

Sumber Foto : Klik Sini dan Klik Sini

Tentang Dwiki

Simpel dalam menatap hidup dan menapaki kehidupan!
Pos ini dipublikasikan di Gaya Hidup dan tag , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

4 Balasan ke Jalan Raya sebagai “The Killing Fields” Kalangan Muda

  1. daengrusle berkata:

    tulisan yg bagus mas!
    thanks for share, sy sering jumpai tulisan anda bertebaran dimana-mana, di milis, politikana dan kompasiana.
    great writer!

  2. Ping balik: Dua Orang Kompasianers Memenangkan Lomba Posting Blog DSFL Indonesia « Dwiki Setiyawan's Blog

  3. insan23 berkata:

    salam kenal….tanks atas infonya……!!!

Tinggalkan komentar