Kerja Keras Adalah Energi Kita


Kerja Keras Adalah Energi Kita

Kerja Keras Adalah Energi Kita

ooOOOoo

TIDAK terbayangkan, apa yang musti dilakukan pabila melakukan pencarian di blantika maya tanpa adanya mesin pencari. Amboi, betapa repotnya kita. Terdapat milyaran halaman web tersedia di blantika maya, dan halaman-halaman tersebut senantiasa tumbuh setiap waktu. Untungnya ada Google. Walau sebelumnya sudah bermunculan situs mesin pencari, Google hadir pada momentum yang tepat. Kita dimudahkan oleh kesederhanaan tampilan, namun digdaya dalam melakukan eksekusi pencarian.

Google dikenal luas karena layanan pencarian webnya, yang mana merupakan sebuah faktor menentukan dari kesuksesan perusahaan ini. Pada Agustus 2007, Google merupakan mesin pencari di web yang paling sering digunakan dengan saham pasaran sebanyak 53,6%, kemudian Yahoo! (19,9%) dan Live Search (12,9%).

Kisah sukses raksasa mesin pencari Google, bukanlah sekonyong-konyong datang dari langit. Dengan mantera sulap “simsalabim” atau bak membalik telapak tangan, sukses terpampang di depan pelupuk mata dan teraih. Di balik sukses itu, ada kerja keras untuk mewujudkannya.

Situs Wikipedia mengatakan, “Googe Inc. merupakan sebuah perusahaan publik Amerika Serikat, berperan dalam pencarian Internet dan iklan online. Perusahaan ini berbasis di Mountain View, California, dan memiliki karyawan berjumlah 19.604 orang (30 Juni 2008) Filosofi Google meliputi slogan seperti “Don’t be evil“, dan “Kerja harusnya menantang dan tantangan itu harusnya menyenangkan.”

Ilustrasi nan inspiratif mengenai kesuksesan Google sebagai raksasa mesin pencari, pula filosofi Google di atas menunjukkan bahwa sukses berhasil digapai lantaran potensi sumber daya manusia (SDM) unggul yang tekun dan pantang menyerah untuk mewujudkannya. SDM yang dimiliki institusi Google tersebut bangkit seiring pertumbuhan perusahaan, diliputi dan dipenuhi spirit keberhasilan yang dimulai dengan terbentuknya cara pandang positif terhadap kemauan konsumen di  blantika maya.

Potensi SDM yang terbangkitkan itu menjadi modal untuk bekerja keras meraih keberhasilan. Didalam SDM semacam itu tersimpan energi terbarukan untuk senantiasa berinovasi mengikuti irama jaman. Modal kerja keras dan energi terbarukan tersebut,  apabila diuntai akan menjadi kalimat indah: Kerja Keras Adalah Energi Kita.

Tak ayal lagi, sebuah bisnis yang awal mulanya kelas lokal di Amerika Serikat, kini Google telah membuktikan diri sebagai perusahaan raksasa mesin pencari kelas dunia yang sangat disegani.

***

Kerja Keras Adalah Energi Kita

Bercermin dari  ilustrasi inspiratif Google yang dalam waktu cukup singkat bermetamorfosis menjadi perusahaan kelas dunia yang disegani, sebagai bangsa kita mendukung upaya-upaya transformasi yang kini tengah ditempuh  Pertamina untuk mewujudkan visinya menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia pada tahun 2023.

Dibandingkan dengan Google sebagai ilustrasi awal tulisan ini, dari segi usia Pertamina sudah kawakan. Usianya pada 10 Desember 2009 lalu mencapai 52 tahun. Kenyang dengan segudang pengalaman, pula prestasi yang pernah diukir. Namun mengapa hingga saat ini Pertamina masih tampak tertatih-tatih untuk pentas dunia (world class)?

Modal kerja keras dan energi terbarukan tersebut,  apabila diuntai akan menjadi kalimat indah: Kerja Keras Adalah Energi Kita.

Prof Mudrajat Kuncoro dkk dalam buku Transformasi Pertamina Dilema Antara Orientasi Binis & Pelayanan Publik (PT GalangPress) mengungkapkan bahwa untuk mewujudkan diri sebagai world class integrated oil and gas company tersebut, Pertamina masih membutuhkan kerja keras. Dikatakan, “Sejak Pertamina didirikan  pada tahun 1957 sampai dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas (migas), terdapat berbagai permasalahan pokok yang harus dihadapi. Dari sisi internal, Pertamina mempunyai masalah dalam hal proses transisi menuju perusahaan yang mampu menerapkan GCG (good corporate governance) secara konsisten, inefisiensi dalam hal eksplorasi, eksploitasi, produksi, dan distribusi, serta hambatan dalam hal investasi. Dari sisi eksternal, Pertamina menghadapi permasalahan strategi bersaing dalam industri migas Indonesia, apalagi setelah liberalisasi di sektor hilir khususnya. Dari sisi regulasi, Pertamina menghadapi masalah dalam hal pricing, distribusi, dan penataan sektor. Dari sisi pengambilan keputusan, Pertamina menghadapi masalah pemenuhan kepentingan publik yang erat kaitannya dengan Pertamina sebagai pelaksana fungsi PSO (public service obligation), serta kentalnya intervensi politik.”

Pelbagai kritik di atas, sebagian besar telah dijawab manajemen Pertamina dengan kerja keras semua lini. Di situs resmi Pertamina, melalui Breakthrough Projects (Proyek-proyek Terobosan) gelombang pertama yang menorehkan sukses hingga saat ini antara lain:

Pertama, perolehan US$ 11 sampai dengan US$ 11.5 juta dari Pengembangan pondok tengah:

1). First oil production dapat dilakukan 2 bulan lebih awal dari rencana awal  berdasarkan POD      yang  telah disetujui  oleh BP  Migas;  2.) Produksi rata-rata 1.500 BOPD sejak tanggal 9 Agustus 2006 dan 3.000 BOPD sejak 24 Oktober 2006.

Kedua, mengurangi depot kritis.

Ketiga, perolehan US$ 2.5 s/d. 2.8 juta dari pengolahan LSWR ke RCC/FC: Pengiriman dan pengolahan LSWR selama bulan Agustus sampai dengan Oktober 2006 rata-rata mencapai 209 MB per bulan (lebih dari target 200 MB perbulan).

Keempat, perolehan Rp. 3 s/d. 3.5 Milyar penghematan dari transportation loss control: Target penurunan transportation loss dari 0.15 % menjadi 0.1% (20 kapal)

Hasil capaian-capaian yang telah diraih Pertamina dengan semangat Kerja Keras Adalah Energi Kita di atas memang kian hari kian menjanjikan. Itu semua tidak lepas dari SDM yang dimiliki Pertamina, dan daya adaptasinya terhadap perkembangan ekonomi global. Akan tetapi, ada hal lain seperti diungkap Prof Mudrajat Kuncoro di atas soal kentalnya intervensi politik atas Pertamina. Sebagai salah satu BUMN penyangga utama perekonomian Indonesia, hemat saya, solusi untuk mengembalikan kejayaan Pertamina seperti era 1970-an harus didasarkan oleh “intervensi politik” pula.

Yakni adanya good will (kemauan baik) antara pemerintah dan DPR untuk mengembalikan model Kontrak Karya (KK) ke Kontrak Production Sharing (KPS) sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 8 Tahun 1971. Menurut pengamat perminyakan, DR Kurtubi di harian Kompas 12 September 2009, dengan pola KPS tersebut Pertamina diberi kuasa pertambangan dan sekaligus wewenang bekerja sama dengan perusahaan  minyak asing.

Dikatakan oleh DR Kurtubi, keunggulan model KPS terhadap KK adalah dalam KPS manajemen sepenuhnya berada di tangan Pertamina yang mengandung makna kedaulatan negara atas sumber daya alamnya dapat terjaga dan terhormat. Lebih daripada itu keuntungan yang diraih negara adalah jauh lebih besar ketimbang dengan model KK. Perlu diketahui bersama, bahwa negara memperoleh keuntungan yang sangat signifikan dari sektor migas pada waktu itu.

Selanjutnya dikemukakan pula bahwa dengan pola KK saat ini berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas (justru dijadikan dasar dari transformasi dan privatisasi Pertamina), hakikatnya status Pertamina disamakan dengan perusahaan minyak asing. Dengan demikian Pertamina menjadi “asing” di negerinya sendiri. Lewat “intervensi politik” UU Nomor 22 Tahun 2001 itu, Pertamina dikerdilkan secara sistemik, baik wewenang, cakupan bisnis maupun asetnya.

Jika demikian adanya, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka, untuk mengembalikan “kejayaan” kembali Pertamina tiada lain juga melalui “intervensi politik”  didasari goodwill untuk mengamandemen UU Nomor 22 Tahun 2001. Salah satunya dengan mengadopsi kembali model Kontrak Production Sharing (KPS). Lantaran banyak perusahaan migas di negara lain sukses dengan model tersebut. Salah satunya Petronas milik Malaysia.

Insya Allah dengan model KPS, Pertamina dapat mengembalikan kembali peran semestinya. Pula  sebagai tuan rumah di negerinya sendiri. Menyimak pengalaman, SDM dan pangsa pasar dalam negeri, saya rasa Pertamina akan mampu mewujudkan visinya menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia.

Hal lain yang tak kalah pentingnya untuk mempercepat transformasi Pertamina sebagai perusahaan terpandang dan disegani di pentas dunia, yakni penyiapan SDM unggul di segala lini. Dalam kaitan itu, Pertamina perlu menganggarkan dana khusus yang mencukupi guna menyiapkan SDM berkualitas tersebut.

SDM yang telah dimiliki senantiasa digembleng melalui pusat pendidikan dan latihan (pusdiklat) secara berkesinambungan. Tidak terkecuali, sedari karyawan level bawah, level menengah hingga level tinggi. Jika diperlukan dapat dibuat pelatihan khusus kecabangan, atau pengiriman karyawan untuk belajar ke luar negeri berdasarkan kebutuhan yang mendesak (umpamanya: ahli negoisasi, ahli lobby, ahli teknologi informasi dan komunikasi dan lain-lain).

Dengan SDM unggul yang mampu memetakan kebutuhan dan tindakan apa yang mustinya dilakukan Pertamina untuk semakin maju dan berkembang, niscaya harapan Pertamina agar menjadi perusahaan skala dunia cepat terwujud. Yakni sebuah perusahaan minyak yang terpandang, kompetitif dan kaya raya, pula tidak melupakan sumbangsihnya buat masyarakat, bangsa dan negara.

Kunci utama ke arah itu tiada lain hanya kemauan dan kerja keras saja. Berbekalkan kunci tersebut akan muncul energi berupa semangat pantang menyerah, belajar dari pengalaman, senantiasa berinovasi serta setia pada visi dan misi yang telah digariskan.

Sekali Layar Transformasi Terkembang, Pantang Biduk Pertamina Surut ke Pantai!

*****

Sumber Gambar Kerja Keras Adalah Energi Kita: The Best of Chinese Sayings (Leman, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Juni 2007).

Tentang Dwiki

Simpel dalam menatap hidup dan menapaki kehidupan!
Pos ini dipublikasikan di Petak Ide dan tag , , , . Tandai permalink.

36 Balasan ke Kerja Keras Adalah Energi Kita

  1. Ping balik: Dapat Hadiah Lomba Lima Puluh Ribu Rupiah Saja « Dwiki Setiyawan's Blog

  2. teamtouring berkata:

    backlinknya mantap neh..
    perlu belajar banyak neh dari blog ini

  3. annosmile berkata:

    backlinknya mantep mas..

    • Dwiki Setiyawan berkata:

      Saya malah nggak tahu kalau backlinknya mantap. Hehehe. Satu hal yang saya resapi tatkala ngeBlog, postinglah sesuatu yang berguna bagi orang lain, dan bukan hanya berguna untuk mesin pencari. Apabila suatu postingan berguna bagi orang lain, niscaya pula berguna bagi mesin pencari. Kira-kira begitu. Thanks ya.

  4. thumblike berkata:

    memperkenalkan social bookmark karya anak bangsa
    silakan submit artikel anda di http://www.thumblike.com
    untung mendapatkan backlink dari blog dofollow secara gratis
    – terima kasih –

Tinggalkan komentar