Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya (don’t judge a book by its cover). Lantaran bisa jadi Anda tidak pernah mempunyai kesempatan untuk menemukan apa yang terkandung di dalam buku tersebut (because you will never get the chance to find out what lies within it).
Untaian pepatah yang mengawali tulisan ini, layak saya sematkan pada Mahdi Paparazzi. Seorang rekan yang saya kenal semenjak menginjakkan kaki di Jakarta dua dekade silam. Kebenaran pepatah dimaksud, akan terbukti usai Anda membaca fragmen diri Mahdi berikut.
Di kalangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Gerakan Pemuda Islam (GPI) serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Jakarta, Mahdi dikenal sebagai fotografer.
Panggilan “paparazzi” yang melekat pada diri Mahdi sudah menunjukkan profesi yang ditekuninya. Pekerjaan yang telah menafkahi diri dan keluarganya lebih dari separuh usianya yang menjelang kepala enam itu. Tak banyak yang tahu nama lengkapnya. Kepada saya yang menemuinya di suatu senja temaram dengan rinai hujan di Jl Turi Kebayoran Baru Jakarta belum lama berselang, ia tunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) miliknya. Di situ tertera: Mahdi Djajakarta Putra (Jayakarta atau Jakarta untuk ejaan lama Djajakarta). Baca lebih lanjut